Kontrakan STW
Kejadian ini berlangsung di tahun 2011. saya baru saja kena PHK di tempat kerja saya yang berkantor di G***** center BSD. Saat itu saya masih berusia 27 tahun. Saya seorang programmer. Anak perantauan dari kota Malang. Di saat menganggur ini saya memberikan konsultasi (mengerjakan lebih tepatnya) skripsi mahasiswa-mahasiwa tajir dengan tarif yang lumayan sebagai bekal hidup sehari-hari.Disini
saya mengontrak satu petak rumah kontrakan di perkampungan kumuh
belakang kompleks mewah Gading Serpong. Kontrakannya hanya terdiri dari
ruangan yang disekat 2, kamar mandi dan dapur kecil. Sebagai orang jawa
yang ramah, saya cukup dikenal baik oleh tetangga disini. Salah satu
tetangga depan saya adalah seorang ibu-ibu janda berumur 45 tahun yang
berasal dari Magelang.
Mbak Ati Namanya.
Perawakannya khas ibu-ibu stw montok. Kulitnya sawo matang. Tidak putih.
Senyumnya ramah khas wanita jawa tengah. Setiap bertemu selalu
tersenyum dan menyapa.
Kedekatanku dengannya
bermula di suatu sore sepulang saya bertemu dengan klien skripsi. saya
naik motor menyusuri jalan pulang. Ketika di jalan raya menuju
kontrakan, kulihat sesosok yang kukenal dari belakang. Ternyata Mbak Ati
yang baru saja pulang kerja. Lalu saya menghentikan motorku dan
menyapanya “Baru pulang Mbak e?
Dari percakapan
di sepeda motor, dapat kuketahui bahwa dia bekerja di salah satu pabrik
di daerah sini sudah cukup lama. Dia sudah jarang pulang ke kampungnya
di Magelang kecuali kalau lebaran. Hingga akhirnya sampai ke kontrakan,
kami cukup akrab untuk bertukar nomor telepon. Sejak saat itu kadang
kami suka janjian kalau misalnya kebetulan sore jam pulang kerja saya
juga sedang pulang.
Malam itu, saya pulang
lebih malam karena jam konsultasi skripsi yang lebih lama. Pulang-pulang
lapar dan saya langsung pergi ke warung nasi dekat kontrakan. Ternyata
yang tersisa hanya lauknya saja sedikit, nasinya sudah habis. Karena
udah laper banget, saya nekat beli lauknya saja dan terpikir untuk
meminta nasi ke Mbak Ati saja.
“Mbak e, udh tdr? Ak mnt tlng pny nasi gk? Mau mkn mlm khbsan nasi di wrung dpn”.
Beberapa detik kemudian dia membalas : “Ada Mas Iman, sini mkn dsni aj mas di kontrakanku, temeni ak nnton tv skalian”.
Tak
berapa lama aku langsung mengetuk pintu kontrakan Mbak Ati. Melihat
Mbak Ati membukakan pintu kontrakannya aku tertegun. Dia hanya
menggunakan daster tipis you can see. Yang membuatku menelan lidah
adalah dia tak mengenakan bh. Samar-samar putingnya tercetak di daster
tipisnya. Lamunanku buyar saat Mbak Ati menegorku “Katanya laper e mas
Iman, kok malah bengong?
Sesaat kemudian Mbak
Ati sudah mengambilkan sepiring nasi dan air putih sambal bilang “Kalo
kurang nasinya bilang aja yo jangan malu-malu”
Sambil melahap makan malamku, kami lanjut mengobrol :
Mbak Ati : Mas Iman udah punya pacar belum?
Aku : Belum Mbak e, wong pengangguran gini siapa yang mau sm aku to mbak?
Mbak Ati : Gak percaya aku e mas, ganteng gini masa ndak punya pacar?
Aku hanya tertawa kecil mendengar jawaban polos Mbak Ati. Sejak
kepindahanku kesini dari Surabaya 2 tahun lalu, memang tak terpikirkan
olehku untuk mencari pacar. Fokusku beberapa tahun ini memang mengejar
karir dan mapan dulu. Kalo mumet-mumet dikit biasanya aku pijat ke panti
plus plus.
Aku : Mbak Ati sendiri kok gak nikah lagi? Masi belum bisa lupa mantan suami ya?
Mbak
Ati : Aku nih kemaren sempet pacaran lho mas sama Satpam rumah sakit
depan. Cuma dia udah punya istri mas. Aku takut kalo main-main api kayak
gtu to mas. Makanya aku udahan aja. Umuran kayak aku susah e mas cari
pacar yang lajang. Sekarang aku mau cari uang aja mas buat biaya sekolah
anak di kampung.
Aku : Aku mau cari uang dulu yang banyak biar nanti gak ditinggal istri kayak mbak Ati. Istri cantik gini harusnya dijaga to?
Mbak Ati tertawa kecil sembari menjawab “ah bisa aja kamu mas, wongg udah tua gini kok dibilang cantik”.
Aku tertawa sambil meyakinkan “beneran loh Mbak Ati ini masih cantik, masih seksi”
Lalu
obrolan terhenti saat aku telah selesai makan. Mbak Ati membereskan
piring bekas aku makan. Lalu aku memberanikan diri bertanya
Aku : Mbak Ati emang gak kesepian sendirian terus?
Mbak Ati : wes biasa aku mas, udah lama aku jadi janda.
Aku : emang nggak kangen ada yang ngelonin to mbak?
Sambal
tersipu malu dan melengos ke dapur membawa cucian mbak ati memberikan
jawaban yang membuatku berpikir ada celah kesempatan “kenapa tanya-tanya
mas? Emang kamu mau ngelonin?”
Kembali dari
dapur lalu kami terdiam canggung sambil nonton tv. Setelah omongan tadi,
otakku berkecamuk membayangkan body bahenolnya mbak Ati. Payudaranya
yang menyembul dari balik daster. Membuatku tak konsen menonton tv.
Setelah
beberapa saat aku lalu berpamitan pulang ke kontrakanku dan berterima
kasih untuk nasinya. Lalu iseng aku bertanya lagi sebelum pulang kepada
Mbak Ati “Jadi mau dikelonin to mbak?”
Lalu
mbak ati terdiam lama. Terlihat berpikir keras. lalu dia menjawab “yowis
mas kamu tidur malem ini di tempatku yo, tapi jangan sampe ada yang
tau. Nanti pintu kontrakanku tak ku kunci. Kamu masuk aja kalo udah agak
sepi yo mas”.
Dengan girang aku Kembali ke
kontrakanku, membayangkan mala mini aku akan menghajar body bahenolnya
mbak ati habis-habisan. Aku langsung buru-buru pulang dan mandi. Setelah
mandi, aku langsung bergegas ke kontrakan mbak Ati.
TAMAT